Ingin Selalu Ingat Engkau | Renungan

   
Ingin Selalu Ingat Engkau | Renungan

Ingin Selalu Ingat Engkau | Renungan

Kadang, Aku merasakan lebih dekat dengan Gusti Allah jika situasiku sedang kacau, sedang dalam masa kritis, ngenes atau dalam posisi di bawah roda nasib.

Apa mungkin hal saperti ini yg membuat kaum faqir miskin menjadi mayoritas penduduk sorga kelak, bahkan nabi pun akan masuk sorga bersama kaum faqir miskin terlebih dulu baru kemudian orang orang kaya menyusul di belakang.

Tapi memang dengan keterbatasan dan kondisi yg 'mepet' itu membuat kaum faqir miskin selalu ingat kepada Gusti Allah. Karena dunia yang mereka pikirkan cenderung lebih sedikit dari pada orang yang bergelimangan harta. Maka dari itu mereka lebih punya banyak waktu untuk ingat kepada Gusti. Mungkin ada sebagian dari mereka yang ingat karena terlalu sering memanjatkan do'a kepada Gusti, walaupun do'anya tiap hari dan tiap saat hanya meminta rezeki, tapi minimal hal itu membuat mereka selalu ingat kepada Gusti Allah.


"Tapi Wan, banyak yang bilang jika para pelaku kejahatan itu disebabkan karena tekanan ekonomi dan pendidikan yang rendah. Nah, bagaimana mau masuk sorga jika banyak dari mereka yang melakukan kejahatan?"

"Itu kita bahas nanti, kita tengok dulu bagaimana kehidupan orang 'kaya'."

Berbeda dengan orang yg masih susah dalam hidupnya, orang yang sudah berkecukupan menurutku kadar ingat kepada Gusti lebih sedikit daripada mereka yg miskin. Yang sudah berkecukupan kadang lupa untuk berdoa dan meminta karena merasa sudah cukup akan nikmat-Nya. Tapi, biarpun doa tak sebanyak yg dipanjatkan kaum faqir, seharusnya kalimat syukur bisa sebagai pengganti sebagai sarana mengingat kepada Gusti. Kalimat syukur yang dipanjatkan kaum kaya seharusnya lebih banyak dan dapat selalu mengingatkan kepada Gusti yang sudah memberikan nikmat dunia itu. Tapi faktanya banyak dari mereka yang lupa untuk bersyukur saat mereka dalam keadaan senang dan dimancakan dalam kenikmatan dunia. Tapi seketika sadar akan syukur saat mereka diberi musibah atau ujian hidup. Itu fakta kebanyakan orang-orang di sekitarku.

Aku sendiri pun merasa seperti itu, seperti orang yang sudah berkecukupan dan lupa akan syukur kepada Gusti Allah. Baru jika diberi cobaan ataupun musibah aku kembali ingat akan posisiku dan memaksa untuk mendekatkan diri kepada Gusti. Tak tau apa tujuan sebenarnya dari 'mendekatkan diri' ini. Apa hanya sekedar menginginkan agar dientaskan dari cobaan yang diberikan, atau menginginkan diberikan kembali kenikmatan dunia yang telah diambil lagi oleh-Nya yang sempat melupakan diri kita dari Yang Maha Pencipta. Atau memang benar-benar sadar dan murni ingin kembali pada Gusti Allah? Hanya Gusti Allah dan hati kita masing masing yang tau tujuan dari 'mendekatkan diri' ini yg sebenarnya.

Kadang saat-saat aku sedang 'eling' yang seringnya terjadi jika aku sedang dalam posisi drop seperti sekarang ini, dalam hatiku berbisik atau ngrentek agar tetap diberikan kondisi seperti saat ini. Walaupun hal itu berarti aku tiap hari dan tiap saat dalam kondisi drop, melas dan ngenes. Tapi tak jadi masalah selagi dengan seperti itu bisa selalu ingat, eling dan nyebut Gusti Allah. Dan dengan bisa selalu ingat, eling dan nyebut sudah lebih dari cukup untuk merubah hari-hari ini tak lagi melas dan drop, justru hati akan selalu lebih tentram dan ayem.

"Duh Gusti, sungguh sangat menyenangkan hati bisa selalu ingat akan diri-Mu, hanya Engkaulah sandaran yang tepat untuk segala masalah hidup di dunia ini, sehingga hidup tak akan terasa ada beban jika hanya kepada-Mu kami bersandar."


***

Sebagai pelengkap, ini aku kasih keterangan mengenai miskin dan kaya yang aku tulis di atas.

Nggak semua orang miskin gampang masok sorga, dan nggak semua orang kaya juga gampang masuk sorga. Dari yang pernah aku baca, intinya adalah sabar dan syukur kita terhadap apa yang ada pada diri kita. Nah, mari kita hubungkan miskin dan kaya dengan sabar dan syukur.
  1. Ada orang kaya yang bersyukur,
  2. ada orang miskin yang sabar, dan
  3. ada orang miskin yang sabar dan juga bersyukur.
Orang miskin yang sabar, lebih baik dari pada orang kaya yang bersyukur. Orang miskin yang sabar dan bersyukur lebih baik dari semuanya.

Nah, 'miskin' yang seperti itulah yang tadi aku bicarakan di atas, bukan miskin yang tidak menerima dengan keadaan hidupnya kemudian menyalahkan orang-orang disekitarnya bahkan menyalahkan Gusti Allah akan nasib yang diberikan pada dirinya.

Sedangkan 'kaya' yang aku tulis di atas bukan kaya yang ada pada poin satu, tetapi kaya yang buta akan nikmat dunia, yang menjadi budak dari harta mereka sendiri sehingga lupa dengan siapa yang telah memberikan semua nikmat itu.

Wallahu a'lam.

Oke dah, semoga bermanfaat dan faham dengan tulisanku ini, Aamiin :D

Yang terpenting sekarang, selalu berusaha mendekatkan diri pada Gusti Allah apapun kondisi kita saat ini. Bismillahi tawakkaltu 'alallah.


*MM2
±16:45 dan selesai ditulis 17:43
13/09/12
Bookmark and Share
Diperbarui
Tambahkan Komentar